Kehadiran BPPC di rezim orde baru telah membalik gaya hidup petani cengkeh di Sulawesi Utara. Kalau dulu para pengusaha yang mendatangi mereka, kini para petani yang harus antre menyetor cengkeh kepada BPPC pada musim panen.
Karena panjangnya antrean, membuat para petani yang sejak pagi hendak menyetor cengkeh jadi blingsatan.
"Ini semua gara-gara dia," ujar seorang petani.
"Ya, lihat saja sudah dari pagi kita antre, tapi belum beranjak maju," sahut yang lain.
"Kalau gitu, kita bunuh saja dia!" kata yang lain.
"Ya! Kita bunuh dia!" ujar yang lain lagi.
"Bunuh ! Bunuh !" seru para petani ramai-ramai.
Akhirnya dari musyawarah dadakan itu salah seorang lantas diutus terbang ke Ibu Kota dengan misi : membunuh !
Tiga hari lewat sudah. Utusan itu pulang dan segera menjumpai rekan-rekannya, yang ternyata masih berada di tempatnya mengantre. Dengan antusias rekan-rekan petani cengkeh itu menanyakan hasilnya.
"Gimana ? Sudah dibunuh ?"
Dengan lesu, si utusan menjawab : "Percuma, antrean orang yang mau membunuh orang itu ternyata lebih panjang dari antrean ini.