Syahdan di akhirat nanti, para pejabat ekonomi negeri pada masuk neraka. Terutama menteri-menterinya. Mereka dimasukkan kawah Jahanam yang bukan main panas dan baunya. Karena merasa senasib, akhirnya mereka berkumpul
di salah satu sudut neraka. Tubuh mereka terpanggang dan terendam hingga sebatas leher. Toh mereka masih sempat bercakap-cakap dan protes pada penjaga neraka.
"Pak penjaga, kami kan sudah kerja keras, mensejahterakan rakyat kenapa kami harus dimasukkan ke dalam neraka," kata yang seorang.
"Saya juga tak pernah makan duit haram, apalagi korupsi. Saya banyak berbakti pada umat dan negara. Bahkan semua orang percaya bahwa saya bersih," kata yang lain. Begitu juga protes yang lainnya.
Sang pengjaga yang diprotes menjawab, "Memang kalian banyak jasanya bagi bangsa dan umat. Tetapi kalian ikut berperan dalam menandatangani proyek-proyek yang akhirnya menyengsarakan rakyat kecil. Kalian juga membiarkan teman-temanmu menjadi rakus. Jadi hukuman ini sudah setimpal."
"Lho kami kan cuma menjalankan perintah Presiden," kata bekas Menko Ekuin.
"Ya, kalau begitu tanya saja dia," jawab sang penjaga.
Di tengah dengar pendapat itu Menteri Keuangan melihat dari kejauhan bekas presidennya. Setelah mengarungi lautan kawah yang bergolak, sampailah mereka di tempat bekas bos. Tetapi alangkah kaget penguasa lalim yang satu ini hanya direndam sebatas lutut? Lah, kok hukumannya lebih ringan?
"Ini tidak adil, Bapak Presiden. Kami kan hanya menjalankan perintah. Andalah yang justru biang keladi kesengsaraan rakyat," kata mereka.
"Sst sst," kata Bapak Presiden sambil menutup jari telunjuknya ke mulut. Sementara tangan kirinya menunjuk ke kakinya. "Jangan keras-keras, di bawah kaki saya ada Ibu dan anak-anak."