TEORI AKUNTANSI KEUANGAN
1. Pendekatan
pajak (tax approach)
Dalam pendekatan ini, jenis pajaknya adalah pajak
penghasilan, dimana pengaruh pajak penghasilan yang bersifat tidak langsung
sangat besar. Dalam perkembangannya,
undang-undang pajak penghasilan menciptakan suatu perbaikan dalam praktek
akuntansi umum dan konsistensinya dapat dipertahankan.
Tujuan-tujuan akuntansi pajak berbeda dengan tujuan
pelaporan keuangan. Akuntansi pajak
tidak memerlukan pengukuran penghasilan (laba/rugi) perusahaan, tetapi lebih
tertarik pada penetapan suatu dasar untuk keperluan pajak. Sehingga kesimpulan akuntansi pajak tidak
relevan untuk keperluan pemakai laporan keuangan.
2. Pendekatan
legal (legal approach)
Pendekatan
ini berkaitan dengan perolehan hokum (legal), dimana dalam akuntansi suatu
penjualan harus diakui bila hak milik legal berpindah. FASB telah mnyelidiki penggunaan hukum untuk
menetapkan prinsip-prinsip akuntansi dan dicatat bahwa dalam setiap masalah
ekonommi terkait juga dengan masalah legal.
Misalnya : penghasilan harus direalisasi. Dalam hal investasi, tidak ada penghasilan sampai ada keuntungan
yang terpisah dan terealisasi .
3. Pendekatan
etika (ethical approach)
Pendekatan
etika dalam teori akuntansi menekankan pada konsep-konsep keadilan, kebenaran,
dan kewajaran (justice, truth, fairness).
Dalam sistim akuntansi yang andal harus tak ada kesengajaan untuk
memihak pada pihak tertentu (netralitas) dan kejujuran dalam penyajian laporan
keuangan (representational faithfulness).
Pendekatan etika mempunyai pengaruh yang meresap di seluruh aspek
akuntansi.
4. Pendekatan
ekonomi (economical approach)
Pendekatan ekonomi dalam akuntansi diambil dari 3 jalur
yang berbeda, makroekonomi, mikroekonomi, dan sosial korporasi.
a. Makroekonomi
Pendekatan makroekonomi mejelaskan pengaruh prosedur
pelaporan terhadap pengukuran ekonmi dan aktivitas ekonomi pada tingkat
industri atau perekonomian nasional.
Salah satu tujuan akuntansi harus dapat mengarahkan perilaku
perusahaan/individu ke arah kebijakan ekonomi nasional.
b. Mikroekonomi
Pendekatan mikroekonomi menjelaskan pengaruh prosedur
pelaporan terhadap pengukuran ekonomi dan aktivitas ekonomi pada tingkat
perusahaan. Perusahaan sebagai satuan
usaha ekonomi yang kegiatan utamanya dapat mempengaruhi perekonomian melalui
operasi di pasar.
c. Akuntansi
sosial korporasi
Membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan biaya
polusi lingkungan, pengangguran, kondisi kerja yang tidak sehat, dan
masalah-mzsalah sosial lainnya yang biasanya dilaporkan oleh perusahaan,
kecuali jika biaya-biaya tersebut ditanggung langsung oleh perusahaan melalui
pemajakan dan regulasi.
5. Pendekatan
perilaku (behavioran approach)
Fokus dalam pendekatan ini adalah pada relevansi informasi
yang dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan berbagai perilaku
individu/kelompok sebagai akibat dari disajikannya informasi akuntansi. Teori perilaku mencoba mengukur dan
mengevaluasi pengaruh-pengaruh ekonomi, psikologis, dan sosiologis yang
ditimbulkan oleh prosedur-prosedur akuntansi dan media pelaporan.
6. Pendekatan
struktural (structural approach)
Fokus dalam pendekatan ini adalah pada struktur sistim
akuntansi itu sendiri. Para akuntan
mengupayakan adanya konsistensi dalam mencatat dan melaporkan transaksi. Sampai akhirnya pada tahun 1941, Committee
on Terminology dalam American Institute of Accountants (AIA) mendefinisikan
akuntansi sebagai berikut :
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasikan, dan
mengikhtisarkan dengan cara yang signifikan dan berdasarkan nilai uang suatu
transaksi dan peristiwa yang bersifat keuangan untuk kemudian
menginterpretasikan hasilnya.
1.
Teori sebagai bahasa
a. Teori
sintaksis
Adalah ilmu tentang logika/tata bahasa. Teori ini dalam akuntansi berhubungan dengan
struktur pengumpulan data dan pelaporan keuangan yang mencoba menerapkan
praktek akuntansi yang sedang berjalan dan meramalkan bagaimana para akuntan
harus bereaksi terhadap situasi tertentu atau bagaimana mereka akan melaporkan
kejadian-kejadian tertentu. Sintaksis
penting dalam akuntansi karena berhubungan logis dengan bagian lainnya.
b. Teori
interpretasional (semantic)
Adalah ilmu tentang makna bahasa. Dalam akuntansi, teori ini diperlukan untuk
memberikan pengertian tentang konsep-konsep akuntansi akuntansi sehingga
sehingga penafsiran konsp-konsep oleh pembuat (akuntan) sama dengan penafsiran
para pemakai laporan akuntansi. Pada
umumnya, konsep akuntansi tidak dapat diinterpretasikan dan tidak mempunyai
arti selain sebagai hasil prosedur akuntansi itu sendiri. Misalnya, laba merupakan konsep buatan yang
mencerminkan kelebihan pendapatan atas beban, setelah diterapkan suatu aturan
untuk mengukur pendapatan dan beban.
c. Teori
perilaku (pragmatic)
Adalah ilmu tentang pengaruh bahasa. Dalam akuntansi menekankan pada pengaruh
laporan akuntansi terhadap perilaku atau pengambilan keputusan. Sasarannya pada relevansi informasi yang
dikomunikasikan kepada para pengambil keputusan dan perilaku individu/kelompok
akibat penyajian informasi tersebut, serta pengaruh laporan dari pihak
eksternal terhadap manajemen perusahaan, dan pengaruh umpan balik terhadap
tindakan akuntan dan auditor. Jadi
teori ini menilai pengaruh-pengaruh ekonomi, psikologis, dan sosiologis dari
prosedur-prosedur akuntansi dan media pelaporannya.
2.
Teori sebagai pemikiran
a. Pemikiran
deduktif
Penalaran deduktif dalam akuntansi adalah penarikan dari
tujuan dan postulat (generalisasi) menjadi prinsip-prinsip yang spesifik dan
logis sebagai dasar penerapan yang konkrit/praktis. Dalam proses deduktif, perumusan tujuan sangat penting karena
tujuan yang berbeda akan mensyaratkan struktur yang sama sekali berbeda dan
menghasilkan prinsip-prinsip yang berbeda pula.
Kelemahan metode deduktif adalah jika postulat dan premis
salah. Maka kesimpulannya juga akan salah.
Pendekatan ini juga dianggap menyimpang dari kenyataan untuk bisa
menurunkan prinsip-prinsip yang realistis dan berguna atau untuk memberikan
dasar bagi aturan-aturan praktis.
b. Pemikiran
induktif
Proses induktif meliputi penarikan kesimpulan umum dari
pengamatan dan pengukuran yang spesifik.
Dalam akuntansi, proses induktif melibatkan pengamatan data keuangan
perusahaan. Jika terdapat hubungan yang
berulang-ulang, maka generalisasi prinsip dapat dirumuskan, sehingga prinsip
baru dapat ditemukan. Misalnya,
pengamatan terhadap sejumlah perusahaan dapat dibuktikan kecenderungan
histories dari penjualan masa lalu merupakan alat ramal yang lebih baik untuk
kas yang akan diterima dari pelanggan di masa yang akan datang.
Keunggulan pendekatan induktif adalah tidak dibatasi oleh
model/struktur yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Peneliti bebas mengadakan pengamatan yang dianggap relevan.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah :
q Data
mentah mungkin berbeda bagi setiap perusahaan, yang mungkin hubungannya berbeda
sehingga sulit untuk menarik generalisasi dan prinsip-prinsip dasar. Misalnya, hubungan antara total pendapatan
dan harga pokok penjualan mungkin konstan untuk beberapa perusahaan, tetapi hal
ini bukan berarti konsep laba kotor histories merupakan pengukuran yang baik
untuk meramalkan operasi suatu
perusahaan pada masa yang akan datang
dalam seluruh kasus.
q Para
pengamat cenderung dipengaruhi oleh ide-ide di bawah sadar mengenai hubungan
apa yang relevan dan data apa yang harus diamati.
Dengan metode deduktif, penerapan dan aturan-aturan
praktis disimpulkan dari postulat dan bukan dari pengamatan praktek. Dengan metode induktif, prinsip-prinsip
dapat dismpulkan dari praktek terbaik yang sedang berlaku.
3.
Teori sebagai panduan
a. Deskriptif
(positive)
Teori deskriptif mengemukakan dan menjelaskan informasi
keuangan apa yang disajikan dan dikomunikasikan kepada para pemakai laporan
keuangan serta bagaimana penyajian dan pengkomunikasiannya. Teori-teori
induktif menurut sifatnya biasanya bersifat positif.
b. Preskriptif
(normative)
Teori normatif mencoba menetapkan data apa yang harus
dikomunikasikan dan bagaimana data itu harus disajikan. Berarti, teori ini menjelaskan apa yang
seharusnya dan bukan apa yang sebenarnya disajikan.
Pertanyaan normative mencoba mengungkapkan cara terbaik
untuk mempertanggungjawabkan suatu transaksi.
Sedangkan pertanyaan positif mencoba mengungkapkan bagaimana manajemen
dan pihak-pihak lainnya memutuskan cara mana yang terbaik bagi mereka.
Teori akuntansi telah didefinisikan sebagai seperangkat
prinsip-prinsip logis yang koheren, yang bertujuan untuk :
q Memberikan
pemahaman yang lebih baik mengenai prinsip-prinsip yang ada sekarang kepada
para praktisi, investor, manajer, dan mahasiswa.
q Memberikan
kerangka dasar konseptual untuk mengevaluasi praktik-praktik akuntansi yang ada
sekarang.
q Mengarahkan
perkembangan praktek dan prosedur baru.
Teori akuntansi merupakan penalaran logis dalam
bentuk seperangkat prinsip luas yang memberikan kerangka acuan umum yang dapat
digunakan untuk menilai praktek akuntansi memberi arah pengembangan prosedur
dan praktek baru.
Informasi keuangan akan
bermanfaat bila dipenuhi ketujuh kualitas berikut :
1.
Relevan
Relevansi
suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaannya. Dalam mempertimbangkan relevansi daripada
informasi yang bersifat umum (general purpose information), perhatian
difokuskan pada kebutuhan umum pemakai, dan bukan pada kebutuhan khusus
pihak-pihak tertentu; dengan demikian, suatu informasi mungkin mempunyai
tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu, sementara kecil
relevansinya bagi kegunaan yang lain.
2.
Dapat dimengerti
Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan
dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas
pengertian para pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga diharapkan
adanya pengertian/pengetahuan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi perusahaan,
proses akuntansi kcuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam
laporan keuangan.
Pengukuran
tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang
subyektif. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan manusia di dalam proses
pengukuran dan penyajian infomiasi, sehingga proses tersebut tidak lagi
berlandaskan pada realita obyektif seniata. Dengan demikian untuk meningkatkan manfaatnya,
informasi harus dapat diuji kebenarannya oich para penguk-ur yang independen
dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4.
Netral
Informasi
harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk
menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut
akan merugikan pihak-pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
5.
Tepat waktu
Informasi
harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai dasar untuk
membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari
tertundanya pengambilan keputusan tersebut.
6.
Daya banding
Informasi
dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan
laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama. Adanya
pelbagai alternatif praktek akuntansi dewasa ini menyulitkan tercapainya daya
banding antar perusahaan; dalam pada itu penekanan harus dilakukan pada
tercapainya daya banding antar periode dalam satu perusahaan, yaitu dengan
menerapkan metode akuntansi yang sama dari tahun ke tahun, atau yang lebih
dikenal dengan prinsip konsistensi. Namun hal ini tidak berarti bahwa
perusahaan tidak boleh merubah metode akuntansi yang selama ini dianutnya.
Perusahaan tetap diperkenankan melakukan perubahan atas metode/prinsip yang
dianut, bila prinsip yang baru tersebut dianggap lebih baik. Selanjutnya, sifat
dan pengaruh serta alasan dilakukannya perubahan harus diungkapkan dalam
laporan keuangan periode teradinya perubahan.
7.
Lengkap
Informasi
akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat
memenuhi secukupnya enam tujuan kualitatif di atas; dapat juga diartikan
sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam pelaporan keuangan.
Standar ini tidak hanya menghendaki pengungkapan seluruh fakta keuangan yang
penting, melainkan juga penyajian fakta-fakta tersebut sedemikian rupa sehingga
tidak akan menyesatkan pembacanya. Untuk itu, maka harus terdapat klasifikasi,
susunan, serta istilah yang layak dalam laporan keuangan. Demikian pula semua
fakta atau informasi tambahan yang dapat mempengaruhi perilaku dalam
pengambilan keputusan, harus diungkapkan dengan jelas.
Ada
beberapa asumsi dasar yang mendasari struktur akuntansi, yaitu :
1.
Kesatuan usaha khusus
(separate entity/economic entity),
Di dalam konsep ini,
perusahaan dipandang sebagai suatu unit usaha yang berdiri sendiri, terpisah
dari pemiliknya. Atau dengan kata lain perusahaan dianggap sebagai "unit
akuntansi" yang terpisah dari pemiliknya atau dari kesatuan usaha yang
lain. Untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemegang saham atau
pemilik. Dengan anggapan seperti ini maka transaksi-transaksi perusahaan
dipisahkan dari transaksi-transaksi pemilik, dan oleh karenanya, maka semua
pencatatan dan laporan dibuat untuk perusahaan tadi.
2.
Kontinyuitas usaha
(going concem/continuity),
Konsep ini menganggap
bahwa suatu perusahaan itu akan hidup terus, dalam arti diharapkan tidak akan
terjadi likuidasi di masa yang akan datang. Penekanan dari konsep ini adalah
terhadap anggapan bahwa akan tersedia cukup waktu bagi suatu perusahaan untuk
menyelesaikan usaha, kontrak-kontrak, dan perjanjian-perjanjian. Oleh karena
itu dibuat berbagai metode penilaian dan pengalokasian dalam akuntansi yang
didasarkan pada konsep ini. Sebagai contoh adalah prosedur amortisasi dan
depresiasi. Jadi bila tidak terdapat bukit yang cukup jelas bahwa suatu
perusahaan itu akan berhenti usahanya maka kesatuan usaha itu harus dipandang
akan hidup terus. Tetapi apabila terdapat bukti yang jelas bahwa suatu
perusahaan itu umumya terbatas, misalnya dalam hal joint ventures, maka
anggapan kontinuitas usaha ini tidak lagi digunakan.
3.
Penggunaan unit moneter
dalam pencatatan (monetery unit/unit of measure),
Beberapa transaksi yang
terjadi dalam suatu perusahaan dapat dicatat dengan menggunakan ukuran unit
fisik atau waktu, tetapi karena tidak semua transaksi itu bias menggunakan
ukuran unit fisik yang sama, sehingga akan menimbulkan kesulitan-kesulitan di
dalam pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Untuk mengatasi masalah ini, maka semua transaksi yang terjadi
akan dinyatakan di dalam catatan dalam bentuk unit moneter pada saat terjadinya
transaksi itu. Unit moneter yang
digunakan adalah mata uang dari negara dimana perusahaan itu berdiri.
4.
Tepat waktu
(time-period/periodicity)
Kegiatan
perusahaan berjalan terus dari periode yang satu ke periode yang lain dengan
volume dan laba yang berbeda. Masalah yang timbul adalah pengakuan dan
pengalokasian ke dalam periode-periode tertentu di mana dibuat laporan-laporan
keuangan. Laporan-laporaon keuangan ini harus dibuat tepat pada waktunya, agar
berguna bagi manajemen dan kreditur. Oleh karena itu perlu dilakukan alokasi ke
periode-periode untuk transaksi-transaksi yang mempengaruhi beberapa periode.
Alokasi ini dilakukan dengan taksiran-taksiran.
Selisih antara
jumlah-jumlah yang ditaksir dengan yang sesungguhnya terjadi jika tidak cukup
berarti, akan diserap oleh periode berikutnya. Tetapi jika selisih itu
jumlahnya cukup berarti sehingga akan menyesatkan laporan keuangan periode
berikutnya maka akan dilakukan penyesuaian terhadap laporan keuangan periode itu.
Konsep dasar yang mendasari
penyusunan prinsip akuntansi adalah prinsip biaya (historis cost principle),
prinsip mempertemukan (matching principle), prinsip konsistensi (consistency
principle), dan prinsip lengkap (full disclosure). Berikut ini diberikan penjelasan atas masing-masing prinsip
tersebut.
1. Prinsip Biaya Historis ( Historical Cost
Principle)
Prinsip
ini menghendaki digunakannya harga perolehan dalam mencatat aktiva. utang,
modal, dan biaya. Yang dimaksud dengan-harga perolehan adalah harga pertukaran
yang disetuiui oleh kedua belah pihak vang tersangkut dalam
transaksi. Harga perolehan ini harus
terjadi dalam transaksi di antara dua belah pihak yang bebas (arm's-length
transaction). Harga pertukaran ini dapat terjadi pada seluruh transaksi
dengan pihak ekstern, baik yang menyangkut aktiva, utang, modal atau transaksi
lainnya.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (Revenue
Recognition Principle)
Pendapatan adalah aliran
masuk harta-harta (aktiva) yang timbul dari penyerahan barang atau jasa yang
dilakukan oleh suatu unit usaha selama suatu periode tertentu. Dasar yang
digunakan untuk mengukur besamya pendapatan adalah jumlah kas atau ekuivalennya
yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas. Istilah
pendapatan dalam prinsip ini merupakan istilah yang luas, di mana di dalam
pendapatan termasuk juga pendapatan bunga, sewa, laba penjualan aktiva dan
lain-lain. Batasan umum yang biasanya digunakan adalah semua perubahan dalam
jumlah bersih aktiva selain yang berasal dari pernilik perusahaan.
Biasanya
pendapatan diakui pada saat terjadinya penjualan barang atau jasa, yaitu
pada saat ada kepastian mengenai besarnya pendapatan yang diukur dengan aktiva
yang diterima. Tetapi ketentuan umum
ini tidak selalu dapat diterapkan sehingga timbul beberapa ketentuan lain
mengenai saat untuk mengakui pendapatan.
Pengecualian-pengecualian itu adalah pengakuan pendapatan pada saat
produksi selesai, selama masa produksi dan pada saat kas diterima.
3. Prinsip Mempertemukan (Matching Principle)
Yang
dimaksud dengan prinsip mempertemukan biaya adalah mempertemukan biaya dengan
pendapatan yang tirnbul karena biaya tersebut Prinsip ini berguna untuk
menentukan besamya penghasilan bersih setiap periode. Karena biaya itu harus
dipertemukan dengan pendapatannya, maka pembebanan biaya sangat tergantung pada
saat pengakuan pendapatan. Apabila pengakuan suatu pendapatan ditunda, maka
pembebanan biayanya juga akan ditunda sampai saat diakuinya pendapatan.
Penerapan
prinsip ini. juga menghadapi beberapa kesulitan. Misalnya, dalam hal
biaya-biaya yang tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan pendapatan, maka
sulit untuk mempertemukan biaya dengan pendapatannya. Sebagai contoh, biaya
administrasi dan umum tidak dapat dihubungkan dengan pendapatan perusahaan. Kesulitan seperti ini diatasi dengan cara
membebankan biaya-biaya tersebut ke periode terjadinya. Biasanya biaya-biaya
seperti ini disebut period costs. Sebabnya, biaya produksi seperti biaya baban
baku, upah langsung dan biaya produksi tidak langsung, mempunyai hubungan yang
jelas dengan pendapatan, sehingga dapat dengan mudah dipertemukan. Kesulitan
yang lain seperti dalam hal biaya yang mempunvai manfaat untuk beberapa
periode. Biaya-biaya seperti ini ditunda pembebanannya karena mernpunyai fungsi
menimbulkan pendapatan. Masalahnya adalah alokasi setiap periodenya. Dasar
alokasi yang digunakan dalam metode-metode depresiasi dan amortisasi hampir
semuanya berdasarkan taksiran-taksiran yang tidak jelas hubungannya dengan
pendapatan.
Salah
satu akibat dari prinsip ini adalah digunakannya dasar waktu (accrual basis)
dalam pembebanan biaya. Dalam prakteknya digunakan jurnal-jurnal penyesuaian
setiap akhir periode untuk mempertemukan biaya dengan pendapatan.
3. Prinsip Konsistensi (Consistensy Principle)
Agar
laporan keuangan dapat dibandinqkan dengan tahun-tahun sebelumnya, maka metode
dan prosedur-prosedur yang digunakan dalam proses akuntansi harus diterapkan
secara konsisten dari tahun ke tahun, sehingga bila terdapat perbedaan antara
suatu pos dalam dua periode, dapat segera diketahui bahwa perbedaan itu bukan
selisih akibat penggunaan metode yang berbeda.
Konsistensi
tidak dimaksudkan sebagai larangan penggantian metode, jadi masih dimungkinkan
untuk mengadakan perubahan metode yang dipakai. Tetapi jika ada penggantian
metode, maka akibat (selisih) yang cukup berarti (material) terhadap
laba perusahaan harus dijelaskan dalam laporan keuangan,
tergantung dari sifat dan perlakuan terhadap perubahan metode atau prinsip
tersebut.
4. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclousure Principle)
Yang
dimaksud dengan prinsip pengungkapan lengkap (full disclousure) adalah
menyajikan informasi yang lengkap dalam laporan keuangan. Karena infomasi yang disajikan itu merupakan
ringkasan dari transaksi-transaksi dalam satu periode dan juga saldo-saldo dari
rekening-rekening tertentu, tidaklah mungkin untuk memasukkan semua
informasi-informasi yang ke dalam laporan keuangan. Biasanya keterangan
tambahan atas informasi dalam laporan
keuanqan dibuat dalam bentuk (a) catatan kaki/footnote (b) dalam laporan
keuanqan, biasanya dituliskan dalam kurung di bawah elemen yang bersangkutan,
atau dengan memakai rekening-rekening tertentu dan (c) berbagai
lampiran-lampiran. Keterangan tambahan dengan menggunakan catatan kaki/footnotes
biasanya karena tidak diinginkan untuk mengganggu laporan keuangan yang
dibuat. Catatan kaki ini digunakan
untuk menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
Ø Prinsip
akuntansi yang digunakan.
Ø Perubahan-perubahan,
seperti perubahan dalam prinsip akuntansi, taksiran-taksiran, kesatuan usaha,
dan juga kalau ada koreksi-koreksi kesalahan. Catatan kaki ini juga menunjukkan
perlakuan terhadap perubahan-perubahan tersebut, apakah dengan cara kumulatif,
retroaktif, dan lain-lain.
Ø Adanya
kemungkinan timbulnya rugi atau laba bersyarat
Ø Informasi
tentang modal perusahaan, seperti jumlah lembar saham dan lain-lain.
Ø Kontrak-kontrak
pembelian, kontrak-kontrak penting lainnya, adanya option atau warrant untuk
saham dan lain-lain.
Keterangan
tambahan yang dibuat sebagai lampiran laporan keuangan biasanya digunakan untuk
menunjukkan perhitungan-perhitungan detail yang mendukung suatu jumlah
tertentu, atau menunjukkan informasi-informasi keuangan berdasarkan indeks
harga (price level adjustment).