Welcome to My Story Galery,

I have many collection of stories at my site that consist of many catagories too. I hope that this could be an alternative things for you in spending your time. I realized that I can't give satisfaction to all of you, but moreless I've tried. Please enjoy every story that I've brought for you, and I wish you will find pleasure by reading it.


Bulan Madu

Dua wajah itu terlihat berseri-seri, masuk ke apartemen baru. Apartemen yang baru saja mereka tempati. Saling berpandangan disinari oleh lilin kecil yang ada di ruangan apartemen itu. Setelah itu mereka memandang ke sekeliling ruangan. Di sudut ada radio dan televisi serta ada satu lemari es yang di dalamnya pasti ada makanan segar, begitu pikir mereka. Di sebelah sana, di dalam kamar ada ranjang. Mereka berpikir, seandainya ruangan itu lebih luas lagi, perabotnya pasti lebih banyak ... complete >>


Penyapu Jalan

Iman membuka matanya dengan susah payah. Sudah tiga hari ini tubuhnya terasa sakit di berbagai tempat. Terutama kepala bagian belakang, bagian dalam kuping, dan tenggorokan. Hidungnya tak berhenti meler, mengeluarkan ingus bening yang seolah -olah tak mau kering. Penderitaan itu masih ditambah lagi dengan demam tinggi yang meluluhlantakkan tubuhnya sejak kemarin malam. Tapi, bagaimanapun keadaannya, Iman harus bangun. ... complete >>


1 9 9 9

Saya tak pernah menduga akan berhadapan dengan lelaki ini. Dengan berpakaian ala petugas room service dia menodongkan pistol tepat di depan saya. Entah bagaimana caranya ia bisa masuk menyelinap ke kamar hotel. "Saya sungguh kecewa terhadap anda," kata lelaki itu. "Bertahun-tahun saya mengidolakan anda. Saya selalu membeli karya-karya anda, buku-buku, novel, roman, puisi dan sebagainya. Tetapi apa yang anda hasilkan sekarang ? Sampah !" ... complete >>


Batu

"Biarkan aku !" seru gadis itu sekali lagi sambil menatapku tajam. Aku memandangnya lama, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ini ketiga kalinya ia berada di tempat ini. Melakukan hal yang sangat tidak wajar. Ia bicara pada batu-batu ! Ya, pada batu ! Ia bisa tampak serius, lalu tiba-tiba tertawa atau menangis sendiri. Ia membelai batu-batu. Menggendongnya seperti menggendong bayi, memasukkan batu-batu tersebut ke dalam tas kainnya yang kusam ... complete >>


Kantor yang Dihuni Genderuwo

Angin itu seperti mahluk bernyawa saja. Ia bertengger di kusen sebuah jendela kantor. Bila hari di ambang petang, tiba-tiba saja jendela itu menjerit berderit-derit. Angin yang nakal itu tampaknya senang bermain dengan daun jendela. Ditendangnya berkali-kali. Berderak-derak, seperti hendak copot. Engselnya yang sudah berkarat itu mengalami kesulitan untuk menahan tarikan daun jendela. Bila malam sudah menerkam muka bumi, suara daun jendela itu terdengar sampai jauh. Orang yang berlalu-lalang hapal betul dari arah mana suara itu datang. "Oh, kantor tua itu," ... complete >>


Suara Kaca yang Pecah

Ditatapnya cermin yang memantulkan sosoknya. Tiba-tiba saja ia benci dengan sosok yang berdiri di hadapannya. Ia tidak seperti sedang berhadapan dengan bayangannya, tetapi seseorang yang lain; lemah dan tidak bersemangat dengan bola mata yang kosong. "Kau memang bajingan!" Suaranya geram. Tangannya terjulur ke leher, meraih dasi warna biru dipenuhi garis lintang merah darah. Tiba-tiba kaca itu pecah. Dari retakannya mengalir darah segar, menetes ke lantai ... complete >>


Daun Jatuh Di Belakang Surau

Pincuran di belakang surau kini sepi. Anak-anak muda berlomba pergi. Laki-laki, perempuan. Mereka sudah tak bisa lagi menikmati keindahan kampung ini. Gemercik air di pincuran dan kecipak air tabek, bunyi jengkrik di malam hari dan denting genta di leher kerbau penarik pedati, atau klakson oplet, yang tak bosan-bosannya membujuk orang agar keluar dari rumah gadang dan berbondong-bondong ke pasar kabupaten, tak bisa menahan mereka lagi. Anak-anak muda itu tak puas hanya di pasar kabupaten. Mereka sering talongsong ke ibukota atau kota industri raksasa di seberang lautan. Surau dan pincuran tempat mereka biasa bercengkrama kini sepi ... complete >>


Kamar Dekat Jemuran Handuk

Jonathan keluar dari kamarnya, dengan mata yang tidak pernah tersapu cahaya selama 9 jam. Ia berjalan menuju kamar mandi, yang kebetulan tidak jauh, dengan langkah gontai. ‘Oh, matahari! Mengapa engkau sudah siap meneriakkan terikmu ? Aku masih lelah,’ begitu kesah Jonathan dalam hati. Ungkapan yang keluar atas desakan keluhnya ... complete >>


Si Kancil

Once upon a time, ada seekor kancil yang cerdik cendekia, (namanya ..... wah lupa gue, gak usah pake nama ya?) Dia suka sekali makan ketimun dengan berbagai rasa : rasa strawberry, rasa coklat, rasa kari ayam, rasa sesal didasar hati, rasa-rasanya saya tau deh, dan lain lain. Tapi yang paling dia suka adalah ketimun rasa geli, yang kalo makan ketimun itu, dijamin pasti ketawa. Pada dasarnya si kancil ini mempunyai sifat yang baik hati dan tidak congkak, bijaksana dan sederhana. Tapi karena sederhana itu dia jadi tidak memiliki apa-apa kecuali baju di badan (bahkan celana jeans aja dia gak punya) Jadi dia gak punya ladang ketimun juga ... complete >>


Kuda Kayu Bersayap

Komidi putar itu masih saja berputar. Kuda-kuda kayu yang naik turun dengan anak-anak riang di punggungnya itu, sungguh-sungguh menciptakan warna-warni kegembiraan kanak-kanak. Kusaksikan anakku berada di antara mereka dengan sebaris giginya yang putih bersih, menebarkan kegembiraan hatinya. Seolah dia ingin membagi suka, dan melupakan duka. Mereka seakan berada di punggung kuda dongeng yang akan membawa mereka terbang ke awan-awan kebebasan tanpa batas ... complete >>


Ketika Kursi Itu Kembali

Habis sudah ! Akhirnya semua harta benda yang kukumpulkan hasil kerja keras bertahun-tahun telah berpindah tangan. Disita oleh bank ! Dan kesemuanya terjadi hanya karena kecerobohanku yang tidak mengasuransikan produk elektronika terbaru yang kubeli dari Jakarta dan dalam perjalanannya kapal yang mengangkut empat kontainer barang-barangku tenggelam ditelan lautan. Seluruh awak kapal tewas! Dan sialnya, aku juga harus membayar ganti rugi kepada keluarga mereka. Kapal senilai 800 juta milikku lenyap ! ... complete >>


Lelaki yang Muncul Ketika Senja

Langit semburat jingga. Angsa-angsa riang bermain kejaran di danau. Tiga ekor burung menari ke sana ke mari. Dedaunan kering meliuk-liuk terbawa angin yang datang dan pergi memberi kesejukan bagi hati yang sedih dan kesepian. Sepasang kekasih meminggirkan perahunya lantas turun lalu pergi berdekapan dan berciuman ... complete >>


Yth. Maharani

Embun bertasbih bersama dedaunan. Kuntum mawar menggeliat dipagi hari. Detik indah itu Maharani dinobatkan menjadi seorang istri. Dia telah mendapatkan belahan hatinya yang mungkin sekian lama ia cari. Sebut saja nama suaminya Hilman, seorang akademikus sukses yang mempunyai titel dokter. Hari demi hari berjalan sebagaimana layaknya seorang pemabuk berat yang meminum anggur cinta. Bagi Maharani cinta adalah lantunan suara flute yang menyayat, menggelora disetiap dada insan, sedangkan dusta merupakan kata-kata haram yang hanya menggelinjang dihati para penyair saja ... complete >>


Mata Seorang Ibu

Ketika para perempuan di bagian Barat negeri itu sudah boleh bicara tentang hak asasi manusia sambil berarak-arak dan teriak-teriak di sepanjang kota, kepadanya justru datang seorang laki-laki yang lantas memperkosanya. Tidak ada suara teriakan, hanya angin malam yang dingin masuk dari pintu yang terbuka dan terasa bagai sebilah belati mengiris-iris tubuhnya bersama rasa sakit yang tidak terkatakan dio bagian mana dari jiwanya setelah lelaki itu pergi ... complete >>


Menara Korek

Seperti pagi-pagi sebelumnya, lelaki tua itu termangu di ujung jalan ini. Ia tampak begitu lusuh. Di hadapannya, teronggok sebuah bungkusan kantong plastik berwarna hitam dan sebuah kaleng bekas susu dengan mulut menganga. Aku tidak pernah tahu untuk apa sebenarnya kaleng itu. Aku tidak pernah—dan rasanya tidak ingin—menanyakan untuk apa sebenarnya kaleng itu. Namun, seperti juga hari-hari sebelumnya, dengan pasti kumasukkan sekeping logam seratusan ke dalamnya seolah-olah memang itulah fungsi kaleng itu ... complete >>


Keluarga Mie Instant

Sebuah keluarga dengan satu rumah di antara jutaan keluarga lainnya, menyukai mie instant. Setiap pagi, bapak, ibu, dan anak sarapan mie instant. Menjelang siang, di sekolah, di kampus, di tempat kerja, bahkan di dalam bus kota, keluarga ini makan mie instant. Dan, pada malam hari, mereka juga makan mie instant ... complete >>

Cerita Hari Minggu

Hari Minggu pagi. Tak ada mendung di langit, matahari bulat penuh kemerah-merahan seperti telor matasapi tergantung di ranting pohon jambu di depan rumah. Tiga ekor burung kutilang ribut di pucuk ranting jambu yang tinggi, sementara di bawahnya di tanah ayam-ayam kampung berebutan makan jagung. Terdengar suara anak menangis dari dalam rumah ... complete >>


Pensiun

Burhan memutuskan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala desa. Sudah tigapuluh tahun ia memegang jabatan itu. Selain disebabkan usianya sudah tua dan seharusnya memang sudah pensiun, pengunduran diri itu juga lantaran unjuk rasa masyarakat di Balai Desa yang menuntut agar ia mundur. Ia tahu mereka melakukan itu karena dibayar Maryono, ketua LKMD, meskipun tidak pernah mengetahui secara pasti apakah dirinya benar-benar telah menyalahgunakan jabatan seperti yang mereka tuduhkan. Tapi ia justru bersyukur, lantaran ada yang unjuk rasa, ia jadi punya alasan kuat untuk mengundurkan diri ... complete >>


Perempuan yang Tak Pernah Bisa Kumengerti

Perempuan itu tak bergeming dari lelapnya, bahkan ketika kubenahi selimutnya. Wajah yang begitu damai ditidurkan di dadaku. Nafasnya menghangati keseluruhanku. Sungguh, aku tak sanggup membangunkannya walau begitu banyak yang ingin ... complete >>


Putri

Hari itu tanggal 15 November tahun 1999 dan Putri seharusnya tahu bahawa secara ilmiah, nyawa saya sebenarnya sudah melayang alias tercopot atas sebab usus saya yang diserang oleh yang namanya kanser dan nyatanya saya saat ini masih ada dan berdiri di sini dan keadaannya sebenarnya belum pun bisa sembuh sepenuhnya yang terkadang datang sakitnya secara tiba-tiba yang lalu menyebabkan saya pengsan dan terlantar di ranjang untuk beberapa waktu lamanya dan memang begitulah keadaan saya ... complete >>


Rahwana

Hal yang kusukai darinya adalah pembawaannya yang tenang serta penampilannya yang bersahaja. Juga setiap kata-kata yang diucapkannya dengan lembut namun jelas, sering membekas dalam pendengaranku. Sejelas bekas jejak kaki di atas lumpur. Karena itulah aku suka berlama-lama didekatnya ... complete >>


Perjuangan Rizal

Defrizal Bahar berjuang sangat keras, saya tahu benar itu. Semangatnya dalam berjuang amatlah nyata. Bacalah sorot matanya ketika berbicara, begitu banyak tanda seru di sana, bersatu-pagut dengan suaranya yang cenderung keras untuk telinga saya pada mulanya – pada mula kenal dengannya. Lalu, tangannya yang selalu bergerak-gerak kaku diikuti liukan badannya yang agak kerempeng ... complete >>


Sumarni

Ayam jantan sayup-sayup berkokok, menyapa mentari yang baru bangun dari peraduannya. Butiran embun masih terlihat malas untuk segera meninggalkan daun di ranting pohon dan pada kembang ilalang. Tanah terlihat merah basah, merahasiakan jatuhnya air hujan tadi malam. Pagi itu, Sumarni gadis yang baru menginjak umur tujuh tahun terbangun mendengar suara gaduh dari kakak-kakaknya. Dia mendengar dengan jelas bahwa suara gaduh tadi adalah suara kaleng yang dipukul ... complete >>


Tikus

Tiga minggu berlalu sudah. Hari-hari yang paling menyebalkan sepanjang hidup Laide. Tak pernah ia merasakan diteror oleh kondisi seperti itu. Ia tak perduli atau merasa takut bahkkan terancam jiwanya, kalau tiba-tiba saja ada orang yang menelpon dan memberitahukan bahwa di salah satu ruang rumahnya sudah terpasang bom, sisa dipencet langsung meledak. Kemudian memporak-porandakan istananya yang sederhana dan miliknya satu-satunya itu ... complete >>


Topeng

Bapak sangat marah. Rumah seakan mau runtuh oleh geramannya. Piring, gelas, televisi beterbangan, dan remuk dengan bunyi kerontangan di dinding tembok. Wajah Bapak sungguh sulit kulukiskan, karena sangat asing. "Siapa yang menjual topeng-topeng itu? Hayo jawaaaaaab!" Raungan kemarahannya kembali menggetarkan udara, membuat loteng berderak-derak saking gugupnya. Sementara matanya berputar-putar mengitari ruangan, menghantam kap lampu dan memecahkan cermin ... complete >>


Tumpal

Tumpal tak ingat lagi, entah sudah berapa lama ia pandangi mesin ketik di depannya. Sejak tadi belum satu kalimat pun berhasil disusunnya. Bukan karena pikirannya sepi dari gagasan. Banyak. Bahkan banyak sekali. Tetapi entah mengapa, rasa-rasanya kemampuannya merangkai kalimat seperti sudah musnah. Dan yang hampir membuatnya gila, keadaan seperti ini sudah berlangsung puluhan hari ... complete >>


Impian

Dia masih duduk termenung di kursinya, sementara tangan kirinya terus asyik mempermainkan puntung rokok yang tinggal beberapa hisapan. Lembaran-lembaran kertas tampak berserakan di atas meja yang membisu di depannya. Garis-garis putih berputar-putar di udara, membuat lingkaran-lingkaran kecil yang saling menghimpit dan menumpuk kemudian menggumpal bagaikan sebongkah batu dan tiba-tiba meledak ... complete >>


Back